June 13, 2010

Anak Sebagai Tabir Neraka

Posted in Uncategorized at 3:12 am by kuswandani

Bismillaah Ar-Rahman Ar-Rahiim
Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa’alaa aali Sayyidinaa Muhammad

Salaam Sahabat,

Dalam suatu riwayat ‘Ali bin Abi Thalib ra. menerangkan, pada suatu hari ada seorang lelaki menghadap Rasulullaah, seraya berkata, “Ya Rasulullaah, sungguh aku telah melakukan perbuatan maksiat. Aku minta kepadamu agar berkenan memohonkan ampunan kepada Allaah.”

Rasulullaah Saw. balik bertanya, “Apakah maksiat yang telah engkau lakukan?”

Si lelaki menjawab. ‘Ya Rasulullaah, aku sangat malu untuk mengatakannya padamu.’

Rasulullaah Saw. kembali bertanya, “Mengapa engkau malu untuk mengatakannya kepadaku tentang maksiat yang engkau lakukan, sementara engkau tidak merasa malu kepada Allaah ketika melakukannya. Padahal Allaah Maha Mengetahui atas segala sesuatu?”

Mendengan sindiran Rosulullaah lalu lelaki itu keluar dan pergi. Dia menangis. Hatinya diliputi perasaan sedih, putus asa dan tidak ada tempat bergantung lagi untuk menyelesaikan masalah. Tiba-tiba malaikat Jibril datang kepada Rasulullaah, seraya berkata, “Hai Muhammad, mengapa engkau membuat seseorang yang berdosa berputus asa. Padahal dia memiliki amal yang dapat menghapus dosa, sekalipun maksiat yang dilakukannya sangat berat.”

Rasulullaah Saw. kemudian bertanya kepada malaikat Jibril, “Hai Jibril, seperti apakah amal yang dapat menghapus dosa?”

Jibril menjawab, “Dia memiliki anak yang masih kecil. Setiap kali dia pulang ke rumah, langsung menemui anaknya dan memberikan sesuatu kepadanya, hingga anak itu merasa gembira. Yang demikian itu adalah penebus dosa yang mahal harganya.”

Membahagiakan anak adalah tabir neraka, dan menjadi tebusan dosa. karena itu perhatian terhadap keluarga harus selalu kita utamakan. Bila tidak, boleh jadi keluarga kita akan menjadi sumber fitnah.

Dan dalam Al-Qur’an Surah al-Anfal ayat 28, Allaah Swt. telah berfirman yang artinya:

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.”

Oleh karena itu kemudian Rosulullaah Saw. berpesan:

“Cintailah anak-anak dan kasih sayangilah mereka. Bila menjanjikan sesuatu kepada mereka tepatilah. Sesungguhnya yang mereka ketahui hanya kamulah yang memberi mereka rizki.” [HR. Ath-Thahawi]

“Barangsiapa menjamin untukku satu perkara, aku jamin untuknya empat perkara. Hendaklah dia bersilaturahiim (berhubungan baik dengan keluarga dekat) niscaya keluarganya akan mencintainya, diperluas baginya rizkinya, ditambah umurnya, dan Allaah memasukkannya ke dalam surga yang dijanjikan-Nya.” [HR. ar-Robii]

wallahu’alam

semoga berkenan dan bermanfa’at buat kita semua

wassalaam

February 25, 2009

materi pertama forum kajian ihya

Posted in 1 at 12:24 pm by kuswandani

pertemuan-1-mengenal-imam-alghazali-dan-ihya-ulumuddin3

January 5, 2009

Al-Bashri dan Ratapan Seorang Gadis Kecil

Posted in Berguru ke Mereka Yuk? at 12:15 am by kuswandani

Sore itu Hasan al-Bashri sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Rupanya ia sedang bersantai makan angin.

Tak lama setelah ia duduk bersantai, lewat jenazah dengan iring-iringan pelayat di belakangnya. Di bawah keranda jenazah yang sedang diusung berjalan gadis kecil sambil terisak-isak. Rambutnya tampak kusut dan terurai, tak peraturan.

Al-Bashri tertarik penampilan gadis kecil tadi. Ia turun dari rumahnya dan turut dalam iring-iringan. Ia berjalan di belakang gadis kecil itu.

Di antara tangisan gadis itu terdengar kata-kata yang menggambarkan kesedihan hatinya.
“Ayah, baru kali ini aku mengalami peristiwa seperti ini.”

Hasan al-Bashri menyahut ucapan sang gadis kecil,
“Ayahmu juga sebelumnya tak pernah mengalami peristiwa seperti ini.”

Keesokan harinya, usai salat subuh, ketika matahari menampakkan dirinya di ufuk timur, sebagaimana biasanya Al-Bashri duduk di teras rumahnya.

Sejurus kemudian, gadis kecil kemarin melintas ke arah makam ayahnya. “Gadis kecil yang bijak,” gumam Al-Bashri. “Aku akan ikuti gadis kecil itu.”

Gadis kecil itu tiba di makam ayahnya.

Al-Bashri bersembunyi di balik pohon, mengamati gerak-geriknya secara diam-diam.

Gadis kecil itu berjongkok di pinggir gundukan tanah makam.

Ia menempelkan pipinya ke atas gundukan tanah itu.

Kemudian, ia meratap dengan kata-kata yang terdengar sekali oleh Al-Bashri.

” Ayah kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah?

Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur?

Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu?

Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah?

Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam?

Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?”

“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah?

Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah?

Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah?

Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah?

Kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu? ”

Mendengar rintihan gadis kecil itu, Hasan al-Bashri tak tahan menahan tangisnya.

Keluarlah ia dari tempat persembunyiannya, lalu menyambut kata-kata gadis kecil itu.

” Hai, gadis kecil !
Jangan berkata seperti itu.

Tetapi, ucapkanlah,

“Ayah, kuhadapkan engkau ke arah kiblat, apakah kau masih seperti itu atau telah berubah, Ayah?

Kami kafani engkau dengan kafan yang terbaik, masih utuhkan kain kafan itu, atau telah tercabik-cabik, Ayah?

Kuletakkan engkau di dalam kubur dengan badan yang utuh, apakah masih demikian, atau cacing tanah telah menyantapmu, Ayah?”

“Ulama mengatakan bahwa hamba yang mati ditanyakan imannya. Ada yang menjawab dan ada juga yang tidak menjawab.

Bagaimana dengan engkau, Ayah? Apakah engkau bisa mempertanggungjawab kan imanmu, Ayah? Ataukah, engkau tidak berdaya? ”

“Ulama mengatakan bahwa mereka yang mati akan diganti kain kafannya dengan kain kafan dari sorga atau dari neraka.

Engkau mendapat kain kafan dari mana, Ayah?”

“Ulama mengatakan bahwa kubur sebagai taman sorga atau jurang menuju neraka.

Kubur kadang membelai orang mati seperti kasih ibu, atau terkadang menghimpitnya sehingga tulang-belulang berserakan.

Apakah engkau dibelai atau dimarahi, Ayah?”

“Ayah, kata ulama, orang yang dikebumikan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal baik.

Orang yang ingkar menyesal dengan tumpukan maksiatnya.

Apakah engkau menyesal karena kejelekanmu ataukah karena amal baikmu yang sedikit, Ayah?”

“Jika kupanggil, engkau selalu menyahut.

Kini aku memanggilmu di atas gundukan kuburmu, lalu mengapa aku tak bisa mendengar sahutanmu, Ayah?”

“Ayah, engkau sudah tiada.
Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi hingga hari kiamat nanti.
Wahai Allah, janganlah KAU rintangi pertemuanku dengan ayahku di akhirat nanti.”

Gadis kecil itu menengok kepada Hasan al-Bashri seraya berkata,

” Betapa indah ratapanmu kepada ayahku. Betapa baik bimbingan yang telah kuterima.

Engkau ingatkan aku dari lelap lalai.”

Kemudian, Hasan al-Bashri dan gadis kecil itu meninggalkan makam. Mereka pulang sembari berderai tangis.

[Dikutip oleh Belahan Jiwaku, dengan mengambil rujukan dari : Mutiara Hikmah dalam 1001 Kisah (Al-Islam)]

December 26, 2008

Antara Allah dan Sang Kekasih…

Posted in belajar merenung at 7:50 am by kuswandani

mullahSeorang perawan desa sedang pergi untuk menemui kekasihnya. Ia melewati seorang Mullah yang sedang melakukan shalat. Karena tidak tahu, ia berjalan di depan Mullah itu, suatu hal yang dilarang oleh agama. Mullah itu sangat marah, hingga ketika gadis itu kembali lewat di dekatnya, ia memarahinya.

Ia berkata. “Alangkah berdosanya, hai gadis muda, berjalan di depanku ketika aku sedang shalat.

Gadis itu berkata, “Apa artinya shalat?

Dijawab, “Aku sedang memikirkan Allah, Tuhan langit dan bumi.

Gadis itu berkata, “Maafkan aku, aku belum tahu Allah dan shalat bagi-Nya, tetapi tadi aku sedang berjalan menuju kekasihku dan memikirkan kekasihku, hingga aku tak melihatmu sedang shalat. Aku heran bagaimana anda yang sedang memikirkan Allah dapat melihatku?

Perkataan gadis itu sangat berkesan pada Mullah hingga ia berkata, “Sejak saat ini, hai gadis, engkau adalah guruku. Akulah yang harus belajar darimu.”

[dikutip dari milis sebelah, by djsjah <dj_sjah@> dengan Topik: Cinta Ilahi]

December 24, 2008

Kau dan Anakmu

Posted in belajar merenung at 11:01 pm by kuswandani

by: Anonymous

baby-es

Jangan didik anakmu…

Jangan didik anakmu laki-laki

Bahwa kekuatan dan keperkasaan adalah segalanya

Ajari dia untuk mencintai dan menerima dirinya apa adanya

Jangan didik anakmu laki-laki

Untuk mengejar kehormatan dan kekuasaan

Ajari dia untuk mengejar cinta kasih dan kebijaksanaan

Jangan larang anakmu laki-laki jika ia menangis

Dan jangan katakan padanya bahwa laki-laki tak boleh cengeng

Ajari dia untuk mengenali dan menerima perasaannya

Bahwa air mata adalah anugerah Tuhan yang indah

Sehingga ia belajar untuk tidak frustasi oleh emosinya

Dan jika dewasa ia telah belajar untuk hidup dengan seutuhnya

Jangan didik anakmu perempuan

Bagaimana menjadi cantik

Ajari dia untuk mencintai dan menerima dirinya apa adanya

Jangan didik anakmu perempuan

Bagaimana untuk menyenangkan laki-laki

Ajari dia untuk menyenangkan hati Tuhan

Jangan larang anakmu perempuan

Jika ia menikmati melompat, berlari, dan memanjat

Jika ia suka menjelajah dan mengutak-atik benda-benda

Jangan kaupaksa dia untuk duduk manis diam dan tenang

Karena jiwanya yang ingin bebas jadi dirinya sendiri

Dan juga rasa ingin tahunya yang telah Tuhan anugerahkan

Telah kaubonsai dan kaurusak sejak dini

Isilah rumahmu

Dengan cinta, hikmat, dan kebijaksanaan

Bukan dengan harta, keindahan tubuh, gelar, dan kekuasaan

Bagikanlah kepada anakmu laki-laki dan perempuan

Keindahan menikmati mentari pagi

Kehangatan rasa ketika menggenggam pasir

Kemesraan seekor kupu-kupu hinggap di atas bunga

Dan merdunya suara tetes-tetes hujan

Jika kau ingin anakmu rajin beribadah

Gemakan keberadaan Tuhan dalam dirimu

Ia takkan bisa kaupaksa berdoa dan sembahyang

Ketika dia tak dapat menangkap makna ibadah darimu

Jika kau ingin anakmu mencintai pengetahuan

Pancarkan rasa ingin terus belajar

Nasihatmu tak akan bisa membuatnya mau membaca

Ketika dia tak pernah menyaksikan engkau menikmati buku

Jika kau ingin anakmu penuh kasih

Tunjukkan cinta kasihmu kepadanya dan sesama

Kata-kata saja tidak akan mempan membuatnya mengasihi

Jika ia tak pernah merasakan cinta darimu

Untuk anakmu

Engkau adalah teladan yang utama

Tak perlu banyak kata, tiada perlu jutaan nasihat

Jika kau ingin anakmu hidup seperti yang kauinginkan

Hiduplah demikian!

HATI SEORANG AYAH

Posted in belajar merenung at 10:58 pm by kuswandani

by: Anonymous

father-and-daughter-at-lakeSuatu ketika, ada seorang anak wanita bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbungkuk-bungkuk, disertai suara batuk-batuknya.
Anak wanita itu bertanya pada ayahnya: Ayah , mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian terbungkuk?”
Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang santai di beranda.

Ayahnya menjawab : “Sebab aku laki-laki.” itulah jawaban ayahnya.
Anak wanita itu berguman : ” Aku tidak mengerti.”

Dengan kerut-kening karena jawaban ayahnya membuatnya tercenung rasa penasaran. Ayahnya hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anak wanita itu, terus menepuk nepuk bahunya, kemudian ayahnya mengatakan :
“Anakku, kamu memang belum mengerti tentang laki-laki.”
Demikian bisik ayahnya, membuat anak wanita itu tambah kebingungan.

Karena penasaran, kemudian anak wanita itu menghampiri ibunya lalu bertanya :
“Ibu mengapa wajah ayah menjadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian terbungkuk? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit?”

Ibunya menjawab : “Anakku, jika seorang laki-laki yang benar benar bertanggung jawab terhadap keluarga itu memang akan demikian.”
Hanya itu jawaban sang bunda.

Anak wanita itupun kemudian tumbuh menjadi dewasa, tetapi dia tetap saja penasaran.

Hingga pada suatu malam, anak wanita itu bermimpi.
Di dalam mimpi itu seolah-olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas
sekali.
Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimat sebagai jawaban rasa penasarannya selama ini.

“Saat Ku-ciptakan laki-laki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan menahan setiap ujungnya, agar keluarganya merasa aman teduh dan terlindungi. ”

“Kuciptakan bahunya yang kekar & berotot untuk membanting tulang menghidupi seluruh keluarganya & kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya. ”

“Kuberikan kemauan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari tetesan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapatkan cercaan dari anak-anaknya. ”

“Kuberikan keperkasaan & mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya basah kuyup kedinginan karena tersiram hujan dan hembusan angin, dia relakan tenaga perkasanya terkuras demi keluarganya & yang selalu
dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih payahnya.”

“Kuberikan kesabaran, ketekunan serta keuletan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat & membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerap kali menyerangnya. ”

“Kuberikan perasaan keras dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai & mengasihi keluarganya, didalam kondisi & situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya melukai hatinya.
Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap.
Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi & mengasihi sesama saudara.”

“Kuberikan kebijaksanaan & kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan padanya untuk memberikan pengetahuan & menyadarkan, bahwa istri yang baik adalah istri yang setia terhadap suaminya, istri yang baik adalah istri yang senantiasa menemani. & bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka maupun duka.
Walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada Istri, agar tetap berdiri, bertahan, sejajar & saling melengkapi serta saling menyayangi.”

“Kuberikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti bahwa laki-laki itu senantiasa berusaha sekuat daya pikirnya untuk mencari & menemukan cara agar keluarganya bisa hidup di dalam keluarga bahagia.
Dan badannya yang terbungkuk agar dapat membuktikan, bahwa sebagai laki-laki yang bertanggung jawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, keuletannya demi kelangsungan hidup keluarganya.”

“Kuberikan kepada laki-laki tanggung jawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga, agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh laki-laki, walaupun sebenarnya tanggung jawab ini adalah amanah di Dunia & Akhirat.”

Terbangun anak wanita itu, dan segera dia berlari, berlutut & berdoa hingga menjelang subuh.
Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri anak wanita itu merengkuh dan mencium telapak tangan ayahnya.
” Aku mendengar & merasakan bebanmu, ayah…”

Dunia ini memiliki banyak keajaiban, segala ciptaan Tuhan yang begitu agung, tetapi tak satu pun yang dapat menandingi keindahan tangan ayah…

With love to all father ” Jika kamu mencintai ayahmu – sekarang merasa sebagai seorang ayah kirimlah cerita ini kepada orang lain, agar seluruh orang di dunia ini dapat mencintai & menyayangi ayahnya & dan mencintai kita sebagai seorang ayah.

Berbahagialah yang masih memiliki ayah.
Dan lakukanlah yang terbaik untuknya…

Berbahagialah yang merasa sebagai ayah.
Dan lakukanlah yang terbaik untuk keluarga kita…

[catatan: ilustrasi foto dipinjam dari http://www.flickr.com/photos/arunsasi/2096705146/%5D

December 12, 2008

What Will You Plant?

Posted in belajar merenung at 12:08 am by kuswandani

(dikutip dari sumber yang annonym juga….) semoga manfaat….
507109

If you plant honesty, you will reap trust.
If you plant goodness, you will reap friends.
If you plant humility, you will reap greatness.
If you plant perseverance, you will reap victory.
If you plant consideration, you will reap harmony.
If you plant hard work, you will reap success.
If you plant forgiveness, you will reap reconciliation.
If you plant openness, you will reap intimacy.
If you plant patience, you will reap improvements.
If you plant faith, you will reap miracles.
But:
If you plant dishonesty, you will reap distrust.
If you plant selfishness, you will reap loneliness.
If you plant pride, you will reap destruction.
If you plant envy, you will reap trouble.
If you plant laziness, you will reap stagnation.
If you plant bitterness, you will reap isolation.
If you plant greed, you will reap loss.
If you plant gossip, you will reap enemies.
If you plant worries, you will reap wrinkles.
If you plant sin, you will reap guilt.

December 9, 2008

Perlukan Cinta Melandasi Sebuah Pernikahan?

Posted in Tentang Pasangan dan Pernikahan at 12:42 am by kuswandani

Berbicara tentang cinta, tentu kita akan berhadapan dengan jutaan pemaknaan yang sangat beragam. Dan berbicara tentang cinta, maka setiap diri pun akan memiliki keragaman cara pandang. Setiap orang memiliki subjektivitas masing-masing dalam menilai konsep cinta, baik itu ditinjau dari sudut pandang agama, psikologi, sudut pandang seorang remaja yang baru mengenalnya bahkan setiap orang di peradaban mana pun tentu akan melihat dengan pandangan yang berbeda. Baik cinta yang mengandung nilai-nilai agama atau bahkan cinta bisa dijadikan sebagai kekuatan untuk penistaan agama. Atas nama cinta orang bisa berkorban bagi Tuhannya, bagi negaranya, bagi kelompoknya, bagi kekasihnya, dan bagi siapa pun yang dia telah menjadi tumpuannya

.Persoalan kita sekarang adalah, apakah cinta itu sendiri? Dan mengapa dalam ajaran suci Nabi Muhammad Saw. ada sebagaian umatnya yang kemudian meyakini penuh bahwa landasan cinta menjadi prasyarat utama sebuah pernikahan. Menikah tanpa cinta –menurut mereka- yang akan diperoleh kelak adalah kehancuran demi kehancuran.

Apa sih sebenarnya hakikat cinta itu? Mari kita sejenak berguru kepada seorang Waliyullah abad modern yang hidup dan mengabdikan dirinya di Negeri Barat Amerika. MR. Bawa Muhayyadien menuturkan,

Seorang bijak berkata kepadaku, “Anakku, mari kita bicara tentang cinta. Cinta apa yang kau miliki?” Merasa diri ini memang belum paham apa makna cinta yang sebenarnya, maka aku dengarkan baik-baik setiap wisdom yang menyemburat seperti cahaya.

Read the rest of this entry »

Indahnya Menggenapkan Sebagian Diin Lewat Pernikahan dan Jalan Taqwa…

Posted in Tentang Pasangan dan Pernikahan at 12:27 am by kuswandani

Mari kita awali perenungan berikutnya dengan bersama-sama mencoba memaknai sejauh mana keindahan sebuah pernikahan? Apa yang melatarbelakangi ungkapan agung Baginda Mulia Muhammad Saw sebagaimana telah diungkapkan penulis pada awal tulisan ini, dimana menikahnya seseorang membuat dia telah berhasil mendapatkan sebagian dari diin-nya, lalu dengan jalan takwa lah seorang manusia akan memperoleh penggenapan ad-diin-nya ?

Dibutuhkan sebuah pemaknaan mendalam dari agungnya sebuah pernikahan. Dibutuhkan sebuah keasadaran baru tentang tingginya nilai pernikahan itu sendiri, apa yang membuat syariat yang Nabi Muhammad jalankan ini menjadi perkara sangat penting dan sangat berharga sekali, hingga di saat lain Rasulullah pernah mengungkapkan bahwa ikatan perjanjian yang terkuat setelah perjanjian antara Nabi dengan Allah adalah ikatan perjanjian akad pernikahan!

Mari sejenak kita merenungi ungkapan Maulana Rumi, sang waliyullah tentang hikmah sebuah pernikahan…

Rumi berkata: Siang dan malam engkau senantiasa berperang berupaya mengubah akhlak lawan jenismu, untuk membersihkan ketidaksucian mereka dan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka.

Sungguh! Lebih baik mensucikan dirimu sendiri melalui mereka daripada mensucikan mereka melalui dirimu sendiri. Ubahlah dirimu sendiri melalui mereka. Temuilah kepada mereka dan terimalah apa saja yang mereka katakan, walaupun dari sudut pandangmu ucapan mereka itu terdengar aneh dan tidak adil.

Pada hakikatnya dari persoalan inilah, Muhammad Saw. Berkata, “Tidak ada kerahiban dalam Islam.”

Jalan para rahib adalah kesendirian, tinggal di pegunungan, melatih hidup tanpa perempuan dan berpaling dari dunia. Allah menunjukkan jalan yang lurus dan tersembunyi kepada Sang Nabi. Jalan apakah itu? Pernikahan! Agar kita dapat menanggung ujian kehidupan bersama dengan lawan jenis. Mendengarkan tuntutan-tuntutan mereka, agar mereka memperlaku-kan kita dengan keras, dan dengan cara demikian memperhalus akhlak kita.

Read the rest of this entry »

December 8, 2008

Sudahkah Kita Termasuk Golongan Orang Yang Ber-qurban?

Posted in Kumpulan Ceramah dan Khutbah Ied at 2:15 pm by kuswandani

بســم الله الرحمن الرحيــم ، السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الحمد لله نحمده و نستعينه ونستغفره ،ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا

من يهد الله فهو المهتد ومن يضلل فلن تجد له وليّا مرشدا

أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أنّ مهمدا عبده ورسوله

عمّا بعد ،

الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر و لله الحمد

Hadirin kaum muslimin dan muslimat, kaum mu’minin dan mu’minaat, para aa’idiin dan aa’idaat.

Pagi ini, kita kembali melaksanakan iedul adha, merayakan dan mensyukuri iedul qurbaan, hari dimana umat islam di seluruh penjuru dunia berbondong bondong melaksanakan sunnah Nabi suci Ibrahim a.s. melaksanakan shalat sunnat berjamaah yang dilanjutkan dengan ibadah pemotongan hewan yang kita kurbankan untuk Allah.

Sepanjang malam hingga fajar menyingsing tadi pagi, kita semua mendengarkan takbir berkumandang tiada henti-hentinya, Sebuah takbir yang semua umat Muhammad Saw. kumandangkan, sebagai bentuk pengagungan kebesaran Allah, dan pengakuan atas kemaha-kecilan manusia, sebuah takbir yang menjunjung ke maha tinggian Allah dan merendahkan kedudukan manusia yang lemah ini, sebuah takbir yang seandainya setiap ummat mentafakkurinya akan sangat berpengaruh besar dalam menggugurkan kesombongan kita.

Karena itu alangkah berbahagianya apabila di dalam takbir demi takbir kita pun seluruhnya merasakan kemaha lemahan kita, kefakiran kita dan ketidak berdayaan dan merasakan pula hinanya manusia ketika diliputi oleh sebuah kesombongan dan kedengkian.

Allahuakbar, Allahu akbar Allahu akbar wa lillahilhamd.

Hadirin para a’idin dan a’idaat. Pada kesempatan di pagi indah penuh kesucian ini marilah kita renungkan bersama-sama hikmah ilahiyah yang sangat luhur dari jejak hidup seorang Ibrahim a.s. Sebuah jejak kehidupan yang sangat menakjubkan dari diri seorang Ibrahim yang semoga dapat dijadikan model ideal kehidupan kita pula.

Allahu Akbar Allahu Akbar walillaahil-hamd

Setelah Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s. dari pembakaran Raja Firaun Namrud, ia mengorbankan seribu ekor domba jantan, tiga ratus ekor sapi dan seratus ekor unta sebagai wujud rasa syukurnya. Tidak pernah ada orang yang lebih dermawan daripada sang Ibrahim di saat itu.

Ketika ditanya kenapa ia rela mengurbankan begitu banyak harta, Ibrahim menjawab, “Aku telah siap untuk berkorban nyawa bagi Rabbku, mengapa aku harus keberatan mengorbankan harta? Lagipula sebenarnya kekayaan siapakah yang aku kurbankan? Hidup dan segala hartaku semuanya kepunyaan Allah. Apa yang telah aku korbankan tidak ada artinya. Aku bahkan akan mengorbankan bagi Allah milikku yang paling berharga. Jika aku dianugerai seorang anak, aku akan mengorbankannya jika Allah menghendaki.”

Itulah apa yang telah diungkapkan junjungan kita Ibrahim a.s. lalu Bagaimana dengan kita? Adakah diantara kita yang mampu berkata hal yang sama? Dan sekalipun kita tidak berada pada tingkat Nabi Ibrahim, seberapa ikhlaskah kita mengorbankan sebagian harta yang telah Allah limpahkan kepada kita, memberikan milik kita untuk sebuah pengabdian dan demi kepentingan serta kemaslahatan orang lain? Karena sesungguhnya orang yang tidak mau menolong orang lain atau beramal bagi orang lain, ia bukanlah sifat dasar seorang manusia, apalagi orang yang dekat kepada Allah.

Beberapa tahun kemudian, Allah menganugerahi Nabi Ibrahim seorang Putra bernama ismail. Ismail telah menunjukkan tanda-tanda kenabiannya sejak masih anak-anak. Ia sering ikut bepergian kemana-mana, bersama dengan ayahnya dan sekalipun masih kecil, ia sering ikut serta dalam diskusi tentang agama yang rumit.

Kemudian dalam sebuah mimpi, Allah menyampaikan kepada Nabi Ibrahim, “Wahai ibrahim, penuhilah janjimu! Engkau berkata jika engkau mempunyai seorang putra, engkau akan mengorbankannya bagi-Ku. Sekarang engkau harus memenuhi janjimu.”

Keesokan harinya, Ibrahim bertafakkur tentang mimpinya semalam, Walaupun Allah pernah muncul kepadanya dalam mimpi sebelumnya, ia menyadari pula bahwa Allah melarang pengorbanan manusia. Tidak ada sebelumnya seorang nabi yang pernah diminta untuk mengorbakan seseorang. maka sebagai gantinya ia mengorbankan seraatus ekor unta.

Malam itu Allah datang lagi kepadanya lewat mimpi dan sekali lagi memberitahukan kepadanya untuk memenuhi janjinya. Sekali lagi dalam tafakkurnya keesokan harinya nabi ibrahim as berpendapat bahwa Allah tidak pernah menginginkan pengorbanan manusia. Karenanya kembali ia mengorbankan seratus ekor unta.

Malam yang ketiga, sekali lagi Allah menyampaikan dalam mimpi nabi Ibrahim a.s. untuk mengurbankan putranya satu-satunya. Keesokan paginya nabi Ibrahim a,s memutuskan bahwa ia memang harus melaksakanan keinginan Allah tersebut.

Read the rest of this entry »

Next page