July 15, 2008

Makna Qalb atau Hati Nurani

Posted in Mengaji Diri...Tentang Hati Nurani at 6:32 pm by kuswandani

Lagi-lagi tidak mudah bagi kita langsung memahami apa sebenarnya hakikat hati nurani atau qalb. Hati nurani itu apa sih? Hati yang beku itu seperti apa dan hati yang terhijab bagaimana mekanismenya? Dalam Alquran sering disebut dengan orang yang hatinya sakit, hatinya membatu, hatinya yang buta… dan lainnya, hati yang manakah itu? Sebagian orang mudah sekali mengatakan bahwa apa yang terlintas dalam pikirannya saat itu bersumber dari hati nurani nya,

Saya merasa ingin mencoba memaknainya sebagaimana yang telah diungkap oleh Imam Al-Ghazali dalam kitabnya ”Ajaaib al-quluub”,

Menurut Al-Ghazali, qalb atau hati memiliki dua makna, yang pertama adalah sepotong daging (mudhghah) yang berbentuk buah sanaubar, yang terletak di bagian kiri dada, di dalamnya terdapat rongga berisi darah hitam. Dan di situ pula sumber atau pusat ruh. Akan tetapi beliau saat itu tidak bermaksud hendak menguraikan tentang bentuknya ataupun fungsi biologisnya, sebab yang demikian itu adalah objek wacana pada ahli medis, tidak berkaitan dengan tujuan-tujuan keagamaan. Apalagi organ hati ini tidak hanya ada dalam tubuh manusia saja, tetapi juga terdapat dalam tubuh hewan, bahkan juga pada orang yang sudah mati. Karenanya beliau menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan hati itu pada dasarnya adalah bukan organ hati tersebut, Sebab ia dalam kaitannya dengan topik yang sedang kita bahas sekarang- tak lebih dari sepotong daging tak berharga yang ada di dalam alam duniawi yang kasat mata, (’alam al-mulk wasy-syahaadah), yang bentuknya dapat dilihat oleh mata hewan-hewan apalagi manusia.

Makna kedua, hati/qalb adalah sebuah lathiifah (sesuatu yang amat halus dan lembut, tidak kasat mata, tak berupa dan tak dapat diraba) yang bersifat Rabbani ruhani, mseki ada juga kaitannya dengan organ hati. Lathiifah tersebut sesungguhnya adalah jati diri manusia atau hakikatnya. Dia adalah bagian komponen utama manusia yang berpotensi mencerap (memiliki daya tanggap dan persepsi) yang memiliki kemampuan untuk mengetahui sesuatu, dan mengenalnya, yang ditujukan kepadanya segala pembicaraan dan penilaian, dan yang dikecam, dan dimintai pertanggungjawaban. Meski demikian qalb atau hati dalam makna seperti ini tetap memiliki kaitan dengan hati biologis, meski patut kita sadari bahwa akal kebanyakan manusia senantiasa dalam kebingungan ketika hendak mengentahui sejauh mana dan bagaimana bentuk keterkaitannya itu.

Dalam pengertian bahasa, qalb bermakna membalik, kembali, maju-mundur, naik-turun, berubah-ubah. Kata ini digunakan untuk menamai bagian dalam diri manusia yang menjadi sentral diri manusia itu sendiri, yang kita terjemahkan dengan hati. Penamaan demikian, diperkirakan, ada kaitannya dengan sifat hati itu sendiri yang menjadi lokus kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan, dimana ia sering berubah-ubah, bolak-balik, maju-mundur dalam menerima kebaikan dan kejahatan, kebenaran dan kesalahan.
Alquran menggunakan kata qalb seba-nyak 132 kali dalam konteks yang berbeda-beda. Di sini kita tidak akan melihat rincian itu semua. Alquran sering mengidentikkan kata qalb dengan ’aql, seperti dalam QS 22:46. Demikian pula hati diidentikkan dengan nafs (lihat QS 89:27-8). Dari sekian pemaknaan ini, saya cenderung memahami pengertian bolak balik hati ini adalah penghadapan wajah yang berbolak balik, terkadang terhadapkan pada Dia Ta’ala, dan di masa yang lain, hati cenderung menghadapkan dirinya pada urusan dunia…. dan faktanya, seringkali kita hadapkan selalu ke arah “bawah” ini…

Dalam pandangan para sufi, hati yang lebih ditekankan pada makna lathiifah rabbaniyah ruuhaniyyah adalah sesuatu yang menjadi tumpuan pandangan Allah, sebagaimana disebutkan dalam Alquran,
”Tidak ada dosanya jika kamu berbuat salah, kecuali jika hatimu menyengajanya.Dan Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Mengasihi” (QS 33:5).

Dalam hadis diungkapkan ”Sesungguh-nya Allah tidak memandang bentuk dan tubuhmu, tetapi Dia memperhatikan hati dan perbuatanmu.” (HR Muslim). Allah hanya memperhatikan hati, karena hati itulah yang menjadi hakikat manusia. Karakter seseorang berbeda dengan yang lain karena hatinya berbeda. Perbedaan itu pula yang menyebabkan perbedaan dalam cara Allah memperlakukan sang hamba itu sendiri
Berikut ini penuturan dari seorang syaikh Sufi dari California, Syaikh Robert Frager yang menjelaskan perbedaan mendasar dan keterhubungan antara hati jasmaniyah atau hati dalam makna pertama Alghazali tadi dengan hati batiniyah:

”Hati batiniah berfungsi hampir sama dengan hati jasmaniyah. Hati jasmaniah terletak di titik pusat batang tubuh; hati batiniah terletak di antara diri rendah dan jiwa. Hati jasmaniah mengatur fisik; hati batiniah mengatur psikis. Hati jasmaniah memelihara tubuh dengan mengirimkam darah segar dan beroksigen kepada tiap sel dan organ di dalam tubuh. Ia juga menerima darah kotor melalui pembuluh darah. Demikian pula, hati batiniah memelihara jiwa dengan memancarkan kearifan dan cahaya, dan ia juga mensucikan kepribadian dari sifat-sifat buruk. Hati memiliki satu wajah yang menghadap ke dunia spiritual, dan satu wajah lagi menghadap ke dunia hawa nafsu dan sifat-sifat buruk kita.

Jika hati jasmaniah terluka, maka kita menjadi sakit. Jika ia mengalami kerusakan berat, maka kita pun meninggal dunia. Jika hati batiniah kita terjangkiti sifat-sifat buruk dari hawa nafsu kita, maka kita akan sakit secara spiritual. Jika hati tersebut secara keseluruhan didominasi oleh hawa nafsu, maka kehidupan spiritual kita pun akan mati.

Hati jangan disalah artikan dengan emosi. Emosi, seperti amarah, rasa takut, dan keserakahan berasal dari hawa nafsu. Ketika menusia berbicara mengenai hasrat hati, mereka biasanya merujuk pada hasrat hawa nafsu. Hawa nafsu tertarik pada kenikmatan duniawi dan tidak peduli akan Tuhan; sedangkan hati tertarik kepada Tuhan dan hanya mencari kenikmatan di dalam Tuhan.

Hati secara langsung bereaksi atas setiap pikiran dan tindakan. Guru syaikh saya kerap berkata bahwa setiap kata dan tindakan yang baik memperlembut hati, dan setiap kata dan tindakan buruk akan memperkeras hati. Nabi Muhammad Saw. Menyebutkan keutamaan hati saat berkata, ”Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia sehat, maka seluruh tubuh pun akan sehat, jika ia sakit maka seluruh tubuh pun akan sakit. Itulah hati.”

Hati adalah sebuah kuil yang ditempatkan Tuhan di dalam diri setiap manusia; sebuah kuil untuk menampung percikan Ilahi di dalam diri kita. Dalam sebuah hadis qudsi terkenal, Allah berfirman, ”Aku, yang tak cukup ditampung oleh langit dan bumi, melainkan tertampung dalam hati seorang beriman yang tulus.”

Kuil di dalam diri kita ini lebih berharga dari pada kuil tersuci sekalipun di muka bumi ini. Maka, jika kita melukai hati manusia lainnya dosanya lebih besar daripada merusak sebuah tempat suci di dunia ini. Demikian saya kutip tulisan tadi dari Robert Frager, Hati Diri dan Jiwa, terbitan Serambi-Jakarta.

Profesor Angha, dalam bukunya, The Mystery of Humanity, menuturkan tentang mekanisme hati dan hubungannya dengan pikiran…

“Visi Ilahiyah ibarat pengamat bayang-bayang kehidupan, dan seperti bintang yang berkilat basah, terang dan diam, bersinar dalam hatimu tanpa keraguan. Pusatkan dan tenangkan pikiranmu pada titik dalam hatimu ini; bila pikiranmu sudah mantap dan tidak terganggu, kebenaran kehidupanmu akan terungkap. Bila pikiran-pikiranmu beralih ke hal-hal yang tidak berarti dan menjadi budak dari indra-indramu dengan membabi buta, hatimu akan membangkang terhadap perintah-perintah Tuhan dan akan menjerembabkanmu ke jalan hidup yang keras.

Petunjuk berada dalam kesatuan pikiran, hati, indra, dan alam; dan penyimpangan akan berarti ketidakteraturan dan kebingungan yang akan melanda keempat unsur ini.

Himpunlah semua energimu dan pusatkan sumber kehidupan dalam hatimu agar temuan-temuanmu menjadi langgeng, sehingga kamu akan hidup dalma keseimbangan dan ketentramanm dan mengenal keabadian.

Berikut ini dengan indah seorang syaikh sufi dari tanah melayu Aceh yang wafat pada tahun 1644 M, Syaikh Nuruddin ar-Raniri,  menggambarkan tentang apa itu hati atau qalb manusia:

“Ketahuilah, Raja!” –semoga Allah Swt. Senantiasa menerangi hati kita semua dengan cahaya-Nya yang agung sehingga mudah bagi saya untuk menjelaskan masalah hati dan mudah pula bagi anda untuk memahaminya- qalb (hati) adalah jauhar latiif (permata halus) yang mujarrad (tunggal) dan bersifat nurani. Ia diciptakan oleh Allah Ta’ala dengan suatu sebab, yang berwujud ruh dengan dibarengi oleh hawa nafsu. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi Muhammad Saw., ’Allah menciptakan qalb-qalb empat ribu tahun lebih dahulu daripda jasad. Setelah itu, Dia meletakannya di tempat yang dekat dengan-Nya. Sementara itu, arwah diciptakan oleh Allah Swt. Tujuh puluh ribu tahun lebih dahulu daripada hati. Setelah itu, ia diletakan di taman kelembutannya (rawdlah al-uns). Sebelumnya, Allah telah terlebih dahulu menciptakan sirr (rahasia) daripada ruh dan menempatkan sirr tersebut di taman keintiman-Nya (rawdlah al-wishl).’
Selain sabda Nabi Muhammad Saw tersebut, hal ini pun telah dijelaskan pula oleh Allah Swt dalam hadis qudsi, Dia Azza wa Jalla berfirman: ’Telah Kucipta seorang malaikat di dalam tubuh setiap anak keturunan Adam. Di dalam malaikat itu ada shadr. Di dalam shadr itu ada qalb. Di dalam qalb itu ada fu`aad. Di dalam fu`aad itu ada syagf. Di dalam syagf itu ada lubb. Di dalam lubb itu ada sirr. Dan di dalam sirr itu ada Aku.’ Dan juga firman-Nya yang ditujukan kepada Nabi Daud a.s., ‘Wahai Daud! Kosongkan untuk-Ku sebuah rumah, agar Aku bisa tinggal di dalamnya!’ Mendengar perintah tersebut Nabi Daud a.s. tidak mengerti dan lantas bertanya, ‘Bagaimana caranya wahai Tuhanku?’ Lantas Allah berfirman, ‘Kosongkan hatimu hanya untuk-Ku!’

Menurut Imam Ali r.a. qalb mempunyai lima nama,

Pertama, disebut shadr, karena ia merupakan tempat terbitnya cahaya Islam (nuuru-l-islaam). Hal ini sebagaimana firman Allah Swt.,

‘Adakah sama dengan mereka yang dibukakan shadrnya untuk Islam…. (QS 39:22)’.

Kedua, disebut qalb, karena ia merupakan tempat terbitnya keimanan. Hal ini sebagaiamana firman-Nya,
‘Mereka itulah yang ditulis dalam hatinya terdapat keimanan. (QS 58:22)’

Ketiga disebut fu’aad karena ia merupakan tempat terbitnya ma’rifah. Hal ini sebagaimana Firman Allah Swt,
‘Fu’aad tidak pernah mendustai apa-apa yang dilihatnya’ (QS 53:11).

Keempat disebut lubb, karena ia merupakan tempat terbitnya tauhid. Hal ini sebagaimana firman-Nya,
‘Sesungguhnya di dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang adalah ayat-ayat bagi ulil albaab (sang pemilik lubb)’ (QS 3:190).

Kelima, disebut syagf, karena it merupakan tempat terbitnya rasa saling menyayangi dan mencintai sesama makhluk. Hal ini sebagaimana firman-Nya,

’Sungguh ia (Zulaikha) telah dikuasai oleh rasa cinta yang membara….’ (QS 12:30)

Selain nama-nama yang telah disebutkan, hati pun disebut juga dengan nama habbah al-quluub. Disebut demikian, karena ia merupakan tempat terbitnya cahaya, sebagaimana yang diterangkan Allah dalam hadis qudsi-Nya, ’Tiada yang sanggup menampung-Ku, baik bumi maupun langit-Ku. Hanya hati hamba-Ku yang Mukmin yang dapat menampung-Ku.’

Ya Gusti… Engkau yang Maha Haq, sematkan secuil asma-Mu dalam tulisan buruk hamba ini…

16 Comments »

  1. halim said,

    subhanallah ni tulisan indah sekali

  2. Ahmad said,

    salam.. mas, numpang copy untuk saya sebarkan ya.. thanks.. jazakallah..

  3. @ahmad, monggo silakan, semoga dapat diambil manfaatnya.. toh saya jg yang dapat cipratan berkah-Nya… amin…

  4. LUKMAN said,

    subhanallah, mohon izin share, barokallohulak

    • Anonymous said,

      monggo silakan.. insya ALlah halal untuk disebarkan, semoga manfaat..

  5. kuswandani yahdin said,

    monggo silakan.. insya ALlah halal untuk disebarkan, semoga manfaat..

  6. Mirna anggia said,

    alhamdulillah …diizinkan tuk mnemukan blog in…he:),
    ternyata menyimpan berjuta harta karun ya…:)

  7. Yudek said,

    Ass.Wr wb ……

    Bagi saya ini adalah sebuah pencerahan.

    Mohon ijin untuk saya share tulisan ini.
    Terima kasih …

  8. […] meluas ini. Katanama hati (melayu) diterjemah dari perkataan Arab, Qa-La-Ba (Qalb) di mana “qalb bermakna membalik, kembali, maju-mundur, naik-turun, berubah-ubah. Kata ini digunakan untuk menamai bagian […]

  9. abikeysha said,

    Reblogged this on herdisundawibawa.

  10. Anonymous said,

    subhanallah..izin share ya….tulisan yang indah penuh dengan makna

  11. Anonymous said,

    Luar biasa, mungkin bisa dijelaskan juga jiwa, ruh, hati nurani, dan nyawa, kids jombang.

  12. yelfinasmon said,

    Reblogged this on nasmon.

    • Anonymous said,

      Alkhamdulillah….

  13. Zainal Arifin said,

    Tkasih telah berbagi. Alangkah bagus isinya bagi seseorang u mulai menata qalbunya.

  14. Dara said,

    Terimakasih ilmunya..


Leave a reply to Anonymous Cancel reply