January 5, 2009

Al-Bashri dan Ratapan Seorang Gadis Kecil

Posted in Berguru ke Mereka Yuk? at 12:15 am by kuswandani

Sore itu Hasan al-Bashri sedang duduk-duduk di teras rumahnya. Rupanya ia sedang bersantai makan angin.

Tak lama setelah ia duduk bersantai, lewat jenazah dengan iring-iringan pelayat di belakangnya. Di bawah keranda jenazah yang sedang diusung berjalan gadis kecil sambil terisak-isak. Rambutnya tampak kusut dan terurai, tak peraturan.

Al-Bashri tertarik penampilan gadis kecil tadi. Ia turun dari rumahnya dan turut dalam iring-iringan. Ia berjalan di belakang gadis kecil itu.

Di antara tangisan gadis itu terdengar kata-kata yang menggambarkan kesedihan hatinya.
“Ayah, baru kali ini aku mengalami peristiwa seperti ini.”

Hasan al-Bashri menyahut ucapan sang gadis kecil,
“Ayahmu juga sebelumnya tak pernah mengalami peristiwa seperti ini.”

Keesokan harinya, usai salat subuh, ketika matahari menampakkan dirinya di ufuk timur, sebagaimana biasanya Al-Bashri duduk di teras rumahnya.

Sejurus kemudian, gadis kecil kemarin melintas ke arah makam ayahnya. “Gadis kecil yang bijak,” gumam Al-Bashri. “Aku akan ikuti gadis kecil itu.”

Gadis kecil itu tiba di makam ayahnya.

Al-Bashri bersembunyi di balik pohon, mengamati gerak-geriknya secara diam-diam.

Gadis kecil itu berjongkok di pinggir gundukan tanah makam.

Ia menempelkan pipinya ke atas gundukan tanah itu.

Kemudian, ia meratap dengan kata-kata yang terdengar sekali oleh Al-Bashri.

” Ayah kemarin malam aku masih memijat kaki dan tanganmu, siapa yang memijatmu semalam, Ayah?

Ayah, bagaimana keadaanmu tinggal sendirian dalam kubur yang gelap gulita tanpa pelita dan tanpa pelipur?

Ayah, kemarin malam kunyalakan lampu untukmu, semalam siapa yang menyalakannya untukmu?

Kemarin masih kubentangkan tikar, kini siapa yang melakukannya, Ayah?

Kemarin aku yang memberimu minum, siapa yang memberimu minum tadi malam?

Kemarin malam aku membalikkan badanmu dari sisi yang satu ke sisi yang lain agar engkau merasa nyaman, siapa yang melakukannya untukmu semalam, Ayah?”

“Kemarin malam aku yang menyelimuti engkau, siapakah yang menyelimuti engkau semalam, ayah?

Ayah, kemarin malam kuperhatikan wajahmu, siapakah yang memperhatikan wajahmu tadi malam Ayah?

Kemarin malam kau memanggilku dan aku menyahut penggilanmu, lantas siapa yang menjawab panggilanmu tadi malam Ayah?

Kemarin aku suapi engkau saat kau ingin makan, siapakah yang menyuapimu semalam, Ayah?

Kemarin malam aku memasakkan aneka macam makanan untukmu Ayah, tadi malam siapa yang memasakkanmu? ”

Mendengar rintihan gadis kecil itu, Hasan al-Bashri tak tahan menahan tangisnya.

Keluarlah ia dari tempat persembunyiannya, lalu menyambut kata-kata gadis kecil itu.

” Hai, gadis kecil !
Jangan berkata seperti itu.

Tetapi, ucapkanlah,

“Ayah, kuhadapkan engkau ke arah kiblat, apakah kau masih seperti itu atau telah berubah, Ayah?

Kami kafani engkau dengan kafan yang terbaik, masih utuhkan kain kafan itu, atau telah tercabik-cabik, Ayah?

Kuletakkan engkau di dalam kubur dengan badan yang utuh, apakah masih demikian, atau cacing tanah telah menyantapmu, Ayah?”

“Ulama mengatakan bahwa hamba yang mati ditanyakan imannya. Ada yang menjawab dan ada juga yang tidak menjawab.

Bagaimana dengan engkau, Ayah? Apakah engkau bisa mempertanggungjawab kan imanmu, Ayah? Ataukah, engkau tidak berdaya? ”

“Ulama mengatakan bahwa mereka yang mati akan diganti kain kafannya dengan kain kafan dari sorga atau dari neraka.

Engkau mendapat kain kafan dari mana, Ayah?”

“Ulama mengatakan bahwa kubur sebagai taman sorga atau jurang menuju neraka.

Kubur kadang membelai orang mati seperti kasih ibu, atau terkadang menghimpitnya sehingga tulang-belulang berserakan.

Apakah engkau dibelai atau dimarahi, Ayah?”

“Ayah, kata ulama, orang yang dikebumikan menyesal mengapa tidak memperbanyak amal baik.

Orang yang ingkar menyesal dengan tumpukan maksiatnya.

Apakah engkau menyesal karena kejelekanmu ataukah karena amal baikmu yang sedikit, Ayah?”

“Jika kupanggil, engkau selalu menyahut.

Kini aku memanggilmu di atas gundukan kuburmu, lalu mengapa aku tak bisa mendengar sahutanmu, Ayah?”

“Ayah, engkau sudah tiada.
Aku sudah tidak bisa menemuimu lagi hingga hari kiamat nanti.
Wahai Allah, janganlah KAU rintangi pertemuanku dengan ayahku di akhirat nanti.”

Gadis kecil itu menengok kepada Hasan al-Bashri seraya berkata,

” Betapa indah ratapanmu kepada ayahku. Betapa baik bimbingan yang telah kuterima.

Engkau ingatkan aku dari lelap lalai.”

Kemudian, Hasan al-Bashri dan gadis kecil itu meninggalkan makam. Mereka pulang sembari berderai tangis.

[Dikutip oleh Belahan Jiwaku, dengan mengambil rujukan dari : Mutiara Hikmah dalam 1001 Kisah (Al-Islam)]

7 Comments »

  1. akbar said,

    Jadi mengingatkan diri ini ketika ditinggal pergi ayahandaku tercinta. Tak kutemani ia ketika terbaring sakit berbulan-bulan karena saya ada nun jauh di kampung orang, tidak juga saya kecup keningnya sebelum ia dikafani dan di kubur, karna nun jauh di sana. Aku datang setelah ia terbaring di tepatnya yang baru, di alam yang lain. Duh sedihnya hati ini engkau tinggal pergi sebelum begitu banyak bisa kupersembahkan padamu. itu tiga tahun yang lalu, gimana kabarmu sekarang ayah. …

    Seorang anak yang ditinggal orang tuanya. Apa yang harus dilakukannya agar bisa menyanangkan orangtuanya di alam barzhak di sana.

  2. kuswandani said,

    satu hal yang paling diharapkan dan dirindukan selalu oleh mereka yang telah mendahului ita adalah… mendoakan ampunan kpd Allah baginya, memohon agar diluaskan kuburnya, dicahayai dan diringankan bebannya dan diberkahi kehidupannya….

    tidak ada lagi yang lebih berharga selain hal itu… semoga ketika Allah menshalihkan kita, mengimankan kita, dan menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa, itulah anugerah terbesar yang paling indah yang bisa kita berikan kepada mereka… insya ALlah…

  3. ovie said,

    Ass wr wb..ka dani, sy teringat akan kedua orang tua..bagaimana keseharian mereka..semoga waktu yg masih ada & sedikit ini, masih bisa sy persembahkan dgn semampunya, untuk berbuat lebih baik lagi terhadap mereka yg sudah membesarkan sy hingga kini..amin..thanks untuk postingan ini ka dani.. wass wr wb

  4. ady lahad datu sava said,

    tq coz 4wad pd ku…..syukur kerahmat ALLAH sbb ada lnsan sptmu yg mmpunyai inisiatif spt ini….ingat mmpringati sesama insan tuntutan agama kita yg syumul ini…anda telah mmberi peringatan memory silam yg teramat indah bersama arwah ayah saya .kisah ini amat sempurna utk kita jadikan panduan hidup terhadap anak kpd ibubapanya…..

  5. inayah said,

    .. subbhanallah. cerita ini benar” mnyentuh hatiqu. aku tak berhenti menagis ketika membaca’nya.
    . aLlhamdulillah.. sammpai saat ini. abah massih ada disampingku. allhamdulillah sammpai saat ini aku masih dapat mencium tangannya ketika slsi sholadt,ketika mau pergi dan ketika aku akn pergi tidur. allhamdulillah sammpai sekarang ku massih dapat mendengarkan nasehatnya untuqku.

    . ya Alllah ya robb.. berikanlah umur panjang keppada ke-2 orang tuaku. ya Robb.. sungguh.. aku sangat membutuhkan mereka spanjang hidupqu ya allah. berikan ke-2nya kesehatan sellalu ya allah. amiin

    . terima kassih buadt cerita ini..

  6. […] sumber AKPC_IDS += "314,";Popularity: unranked [?] Share and Enjoy: […]


Leave a reply to kuswandani Cancel reply