November 7, 2008

Kegaiban Hari Esok

Posted in Berguru ke Mereka Yuk? at 12:03 am by kuswandani

1600_218

Oleh Zamzam A J. Tanuwijaya, Yayasan Islam Paramartha

(diedit dan diperbaiki seperlunya oleh Herry Mardian).

***
Orang yang beruntung adalah orang yang bisa menjadikan keghaiban hari esok sebagai hidangan bagi hatinya.
***

KETIKA Nabi Musa as diperintahkan Allah swt untuk membawa bani Israil ke tepi laut apakah ia sudah mengetahui bahwa Allah swt akan membukakan laut bagi mereka ? Tidak sama sekali. Ia hanya meyakini bahwa di tempat itu Allah swt akan menurunkan pertolongannya, tanpa diketahui apa bentuknya.

Musa a.s. dan umatnya, dalam tekanan kebingungan yang hebat, terjebak diantara laut dan kepulan debu gurun yang dihamburkan ke angkasa oleh ribuan kereta perang Fir’aun Merneptah. Cacian-cacian kepada sang Nabi mulai berhamburan dari lisan-lisan umatnya sendiri, karena Musa, nabi mereka, malah mengarahkan mereka terkepung dan terdesak ke laut Merah.

Sementara pada saat itu, seorang pemuda yang tulus, panglima dan murid Musa a.s., berseru ke imamnya dari atas kuda yang terus dikekangnya ke laut, sesuai perintah imamnya. “Ya Nabiyullah, masih terus?” Pertanyaannya menunjukkan kesiapannya.

Air laut sudah seleher kudanya, dan dia, Yusha’ bin Nun, masih  terus berusaha memacu kudanya yang sangat ketakutan itu untuk tetap maju menuju ke laut. Ia tidak mempertanyakan, apalagi membantah, perintah Allah untuk menembus laut Merah. Meski ia tahu bahwa Musa, imamnya dan Nabinya, juga
belum mengetahui apa yang akan terjadi kepada mereka setelah itu.

Apakah seorang pangeran muda yang bernama Musa, bertahun-tahun sebelum peristiwa di atas, mengetahui bahwa pukulannya—yang hanya sekali—kepada seorang koptik akan membunuhnya? Satu kejadian “sial” yang membuat Musa menjadi tercela dan kehilangan singgasanannya. Ia ketakutan dan melarikan diri ke Madyan, tempatnya Nabi Syu’aib as. Suatu peristiwa yang merevolusi hidupnya, dari seorang pangeran Mesir menjadi cuma seorang pengemis lain di dunia ini. Namun tanpa peristiwa “sial” itu, ia tidak akan bertemu Syu’aib a.s. yang menjadi gurunya.

Kita semua adalah orang-orang yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi, bahkan untuk semenit ke depan. Tidak kita, tidak para orang suci, tidak juga  para Rasul yang lain. Kita dilarang bahkan untuk sekedar ingin mengetahui zaman di depan. Keinginan seperti itu hanya akan menjadikan kita masuk ke
dalam golongan mayoritas, golongan orang-orang yang tidak bersyukur *.

Masa depan adalah kotak Pandora, dan keghaiban hari esok adalah bagian dari palu Allah yang dipergunakan-Nya untuk menempa dan membentuk jiwa kita. Kita semua adalah hamba-Nya, sebagaimana Rasulullah saw bangga ketika mengatakan “Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, dan rasul-Nya”.

Mari kita sambut dengan suka cita dan kita nikmati palu keghaiban-Nya, karena kita tidak tahu palu yang mana yang akan digunakan-Nya membentuk jiwa kita esok hari. Tenanglah, karena kita berada dalam genggaman Sang Maha Sutradara yang Sangat Terpercaya. Tidak ada yang perlu kita khawatirkan,
semua sudah diukur-Nya dengan rapi. Kita hanya melompat dari keadaan  “nyaris” yang satu ke “nyaris” yang lain. Semakin tebal tabungan “nyaris” kita, semakin terbukalah Wajah-Nya yang Maha Indah. Hati kita mungkin dibuat-Nya remuk, tapi bukankah Allah swt mengatakan, “Carilah Aku di antara para hamba-Ku yang remuk hatinya”.

Kedigjayaan diri adalah musuh hati, dan keperihan adalah obat. Keutamaan dan kemuliaan seseorang tidak diukur dari penglihatan-penglihatan tentang alam yang tak terlihat, atau bisikan-bisikan skenario masa depan. Orang yang beruntung adalah orang yang bisa menjadikan keghaiban hari esok sebagai
hidangan bagi hatinya.

Sahabatku, saudara-saudaraku seperjalanan, kita semua sama, dibuat kalang kabut dengan “pengaturan-pengaturan” suci dari-Nya, dan hati-hati kita ada diantara permainan dua Jemari-Nya.

Jangan ada lagi ketragisan di hati. Kita semua ada dalam genggaman-Nya.

***

——-

[*] “Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas
manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.”Q. S. Al-Mu’miin [40] : 61

4 Comments »

  1. wahyu said,

    tulisan yang menyentuh dan menginspirasi.
    Ke-ghaib-an masa depan justru membuat hidup menarik..

  2. saallaaaam….cintaa..penuuuh damai…
    memang kita hanya dapat merasakan bahwa hidup kita adalah kini, detik ini, menit ini…masa depan adalah gaib, Kita tidak dapat menduga akan mati dimana, dalam kondisi apa, khusnul khotimah kah atau sebaliknya, semuanya itu adalah hak mutlaknya Allah SWT.

    Wassalam…..salam..salam

  3. akbar said,

    Assalamu Alaikum
    Di dunia ini manusia hanya punya tiga hari. Hari Kemari yg sudah berlalu, hari besok yang masih gaib dan hari ini yang engkau harus manfaatkan sebaik-baiknya.

  4. kuswandani said,

    terimakasih atas tanggapan semua sahabat2….
    demikianlah…
    kita hanya bisa memohon kepada-Nya semoga hari ini adalah hari terbaik, hari yang Allah tuntun, hari yang Dia berkahi, hari yang Dia Ta’ala tunjukki….
    bismillah….


Leave a reply to sufigokil...kill...dekil Cancel reply